Monday, August 26, 2013

Desak-desakan di Kereta demi Magang di Wego Indonesia

Humming Bird Eatery, merayakan satu hari 
sebelum hari terakhir magang di Wego Indonesia

Once upon a time on an early Monday morning... 

Biasanya jam segini gue udah buru-buru cari pakaian yang pas, sarapan, nyiapin barang-barang yang perlu gue bawa, dan lari ke stasiun kereta api Serpong biar nggak ketinggalan kereta yang berangkat jam 08.17 menuju Tanah Abang. Sayangnya, nggak ada gunanya lagi gue terjun dalam rutinitas itu. Nggak perlu lagi gue desak-desakan dalam kereta bareng penduduk Jakarta yang juga ngejar jam kantor.

Ha?! Bukannya bagus? Not purely sih, kadang hal yang buruk itu bisa jadi suatu hal yang lo kangenin, hehe. Sejak Agustus lalu, gue magang di Wego Indonesia selama satu bulan, meskipun harus ikut-ikutan terperangkap dalam kehidupan mencari uang orang-orang di Jakarta, gue menikmati magang di sana. Wego telah memberi pelajaran yang selama ini gue nanti: menjadi penulis.

Meskipun di hari pertama udah berhasil ngecewain editor gue (uhuk-uhuk...Ka Clara...uhuk-uhuk) karena hasil liputan yang kurang lengkap sehingga harus balik ke tempat liputan sebanyak tiga kali, gue menikmati siksaan itu, hehe.

Meskipun diberi tugas menuliskan 20 artikel perjalanan yang ujung-ujungnya mencuri waktu tidur gue karena gue selalu kesulitan nulis di kantor, nikmat melaksanakan perintah itu.

Meskipun harus jalan kaki dari Reading Room, Kemang, ke Aksara bookstore--which, in fact, is something that no Indonesians would do! Hahaha--karena nggak dapat taksi, cuma buat meliput kegiatan Art & Craft di sana, gue menikmati ketololan itu. Semua, dari yang susah-payah sampai yang mudah, gue menikmati magang di Wego.

Satu bulan kerja di Wego bukan sebatas kerja. Bukan sebatas mengejar deadline dari waktu ke waktu. Bukan pula sebatas mempercantik CV gue. Dalam satu bulan ini, gue kenalan sama orang-orang menarik, yang juga ahli dalam dunia jurnalistik, internet programming, desain, keunganan, sosial media, dan lainnya. Orang-orang luar biasa yang berlagak biasa. Orang-orang hebat yang bersifat konyol. Orang-orang jutek yang, aslinya, penyayang.

At last, sobat interns gue, Ellen, Renata, dan Wahyu, ayoo buruan kelarin tugas terakhir lo! Sebelum dikejar tante-tante TED Wego (alias Sica, Clara, Sara), hehehe. Nggak kerasa ya, udah tamat aja nih program magang. Tetap stay in touch ya, jangan lupa buat re-unite (saran gue sambil liburan di Indonesia timur, dibayarin sama Ellen atau nggak Wahyu, pasti udah kerja dan sanggup neraktir kan tuh berdua, hehe). For the best and the worst, this one month internship has been one hell of a ride!

See ya in the other side! Best of luck, everybody. Peace.

Monday, August 5, 2013

Bayangin, Gue Bolak-balik 3x ke Monas!

Akhirnya, gue dapet kesempatan buat difoto di depan front office Wego!
Maklum, suka pamer, hehe.

Liburan tahun ini mengukir sejarah baru dalam hidup gue. Hari ini udah masuk Minggu ketiga gue magang di Travel Editor's Desk (Wego Indonesia). Ini merupakan kali pertama gue bergelut dalam media yang secara resmi di akui pemerintah. Terus terang beda banget sama media yang gue kelola: Ournalism.com.

Di TED Wego, gue menggali banyak informasi tentang pengembangan media. Di antaranya, cara menulis berita yang menarik, SEO (Search Engine Operation) sebuah sistem pencarian berita yang membuat berita itu gampang di cari lewat Google, dan langkah-langkah pra-publishing.

Karena TED Wego berbasis online, maka setiap orang di sana di tuntut untuk mengerti tentang internet programming.

Tugas pertama gue adalah memastikan sebuah topik berita yang ada kaitannya dengan Ramadan. Gue pilih Monas sebagai tempat liputan pertama gue. Kenapa jadi museum? Kebetulan bulan puasa ini, lagi heboh suasananya karena lagi ada bazaar murah dan permainan anak-anak. Orang-orang, termasuk para turis, banyak yang datang buat menikmati ajang tersebut dan beberapa lainnya ya itung-itung sekalian menunggu waktu buka puasa.

Dalam liputan ini, gue mengulas seluruh kegiatan yang bisa di lakukan di Monas selama Ramadan. Termasuk memandang kota Jakarta dari puncak monumen.

Jakarta (dalam teknik panorama) dari ketinggian 139m.

But it wasn't that simple! Cuma buat melengkapi berita ini, gue perlu bolak-balik tiga kali dari rumah gue di Tangsel sampai Monas. Bayangin Jakarta aja udah malas.

Senin
Kesalahan pertama, gue baru ingat kalau semua museum di Jakarta itu tutup hari Senin. Buat meliput bazaarnya juga nggak pas waktunya. Cuacanya barusan hujan dan setiap pedagang di sana baru siap-siap buka lapak. Otomatis nggak good-timing juga buat foto-foto.

Yaudah, mau gimana lagi? Gue langsung balik ke kantor dengan wajah kecewa. Jadi malu juga ya, hari pertama ini gue udah berhasil mengecewakan editor gue.

Selasa
Tiba di Monas pukul 17.00. Duh, apes lagi kan gue! Ternyata Monas tutup jam 3 sore. Baiklah, untung bazaarnya udah ramai.

Rabu
Hari ini lagi-lagi gue kurang beruntung. Tapi kali ini apesnya bukan tentang Monas. Beberapa menit sebelum sampai Monas, gue sempat di marahin sama tentara di Istana Negara karena jalan kaki di atas trotoar yang khusus di buat untuk Presiden dan anak-anak buahnya. First time in my life, gue di sodorin senjata pistol!

Pukul 13.30 gue udah sampai Monas. Yay! Akhirnya liputan berita gue selesai juga. Esok harinya gue berangkat ke kantor dan jadilah berita pertama gue untuk TED Wego: "Ngabuburit di Jantung Kota Jakarta"! Selamat membaca!