Saturday, November 30, 2013

Terima Kasih Kandidat! Sukses untuk Arselma dan Ali

Candidates at the ICC Election watching Ali's presentation.

Memimpin International Class Community, atau yang akrab disebut ICC, merupakan sebuah pengalaman yang menginspirasi untuk kehidupan gue nantinya. Dan itu nggak cuma satu. Leadership contohnya, dengan diresmikan menjadi Presiden ICC tahun lalu membuat gue sadar kalau “gue harus ngelakuin sesuatu”. Meski dalam periode gue, gue nggak sanggup untuk menggelar acara yang banyak, proses dalam setiap persiapan acara itulah yang menurut gue penting.

Siang ini, baru aja kita – satu komunitas IC – kelar ngadain Pemilihan untuk Presiden ICC berikutnya. Gue bangga, cukup rame lah tadi, walaupun ada banyak yang nggak datang juga. Yasudahlah, kesempatan untuk memilih kan nggak cuma bisa dilihat dari satu sudut pandang doang. Hak untuk memilih bisa jadi bukanlah suatu kewajiban, dan sebaliknya. Tapi buat gue khususnya, kesempatan untuk memilih adalah kewajiban yang harus kita ikuti. Karena, sampai sekarang gue belum menemukan argumen yang bisa membela diri gue kalau golput itu lebih baik :)

Empat kandidat – yang duduk anteng di Study Hall tadi – menunjukkan pilihan yang cukup sulit buat dieksekusi. Mereka semua telah menghaturkan ratusan kata yang merepresentasikan 1) Visi dan Misi, 2) Motivasi, dan 3) Program Kerja mereka. Uh, terus terang, bagus-bagus ide mereka! Ada yang mau bikin Student Spotlight (atau magazines), ada yang mau bikin Science Olympiad, ada juga yang mau bikin Trip ke luar negeri, udah gitu untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris para anggota ICC, ada yang berencana buat ngadain English Day. Hebat deh, kalian. Semua itu menunjukkan persiapan yang matang.

But yeah, sampai detik terakhir, ada yang harus menang, ada yang harus ditunda dulu kemenangannya (bukan berarti kalah) hehehe. It’s okay brother, menurut gue kemanangan itu bukan yang semestinya kita rayakan. You tried your best, that’s what you should celebrate :)

Novan, Edwin, Selma (President), Ali (Vice-president), 
Fachry, and Hielmy. Thank you candidates :)

Di bagian ini, gue ingin mengucapkan terima kasih banyak buat Direktur kita yang sudah meluangkan waktunya hadir di election ini. Juga buat Dr. Linda yang ramah hatinya, thank you for your speech and wanting to see the candidates’ presentations. It meant a lot to us. Terima kasih juga buat Chad dan Mas Ari yang cukup membuat gue terkejut hehe. Dan nggak lupa juga, terima kasih banyak buat Ketua KOMAHI kita, Awwab Hafidz AF, yang udah menyampaikan pendapatnya tentang KOMAHI dan ICC. Terima kasih semuanya.

Mudah-mudahan, penutupan acara tadi juga merupakan pembukaan sebuah chapter baru untuk ICC yang lebih maju. Sukses!

Friday, November 22, 2013

Bahagia Menjadi Miskin

Batu dari Gunung Merapi di Kaliputih sama Otong karo koncone :)

Setiap tahun buat kelas tiga, SMA gue selalu ngadain wisata ilmiah selama tiga hari dua malam yang namanya “Live In”. Setiap murid, berbarengan dengan beberapa guru terpilih, ditempatin di suatu pelosok daerah dan disuruh untuk mengabdi kepada masyarakat disana. Ketika gue masuk kelas tiga, kami semua berangkat ke sebuah desa (gue lupa namanya) di sekitar Purwokerto. Ini pengalaman kali pertama gue, tinggal di sebuah desa. Buat yang kedua kalinya, kebetulan juga belum lama ini, yaitu 17 hari yang lalu.

Posko KKN yang (katanya) tak berpenghuni selama 10 tahun. Hih!

Beda banget sama Live In! Di masa kuliah ini, gue baru aja selesai KKN. Selama satu bulan gue dibarengin sama mahasiswa-mahasiswa yang belum sempat gue kenal selama tiga tahun lebih kuliah di Jogja ini. *Kesannya gue introvert banget hahaha* Kami semua disarankan oleh kampus buat menginap di Dusun Polengan, Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Endonesaaah! Serta diwajibkan menjalani program yang udah ditetapkan oleh kampus.

Program pokok yang udah dipastiin sama kampus itu bertemakan “Pemberdayaan Ketela”. Jadi, di Polengan ternyata ada suatu kelompok usaha yang bergerak di bidang olahan singkong yang didirikan oleh induk semang disana. Namanya ibu Tiwik. Usaha para ibu-ibu Polengan ini, bisa dibilang, penyumbang dana terbesar buat perkembangan desa ini.

Tempat produksi Sari Puspo (kelompok usaha olahan singkong).

Pada hari pertama, setelah berkenalan dengan aparat-aparat desa dan ngobrol sana-sini sama pemuda-pemuda disana, kami baru tau kalau dampak atau untung dari usaha singkong ini belum mencakup seluas satu Desa Polengan. Sampai detik itu kami akhirnya sadar kalau observasi yang dilakukan oleh kampus sebelum kami tiba di lokasi ini nggak maksimal. Maksud gue, kalau menurut kampus udah maksimal, mereka bakal tau kalau yang dibutuhin Desa Polengan itu bukan cuma hasil finansial dan pangan dari kelompok usaha singkong itu.

Mengecewakan. Kami terpaksa harus membangun program sendiri. Hampir masuk Minggu kedua kami masih saling berdiskusi buat menyiapkan dua program pokok. Berkat kekompakkan kami, kami semua sepakat buat mengembangkan desa ini melalui dua program, yaitu Desa Wisata dan Desa Ramah Anak. Desa Wisata contohnya seperti ngecat lambang dusun yang udah kelopak-kelopek warnanya, ngecat playground anak-anak TK, SD, dan SMP, dan membuat mini outbound. Selanjutnya, Desa Ramah Anak sifatnya penyuluhan. Kami berikan tiga tema, pertama itu berjudul “Pemilih Pemula”, kedua “Kekerasan dalam Rumah Tangga”, ketiga “Reproduksi”.

Salah satu program Desa Wisata: Ngecat lambang dusun Polengan!

Mini Outbound buat cah-cah ndusun Polengan.
(Btw, anak kecil yang pake kaos merah itu nakalnya minta ampun!)

Taman bermain di sebelah Masjid Al-Ikhlas.

Terlepas dari kekecewaan gue terhadap lembaga di kampus yang mengurus KKN, gue senang banget bisa dikasih kesempatan buat melaksanakan KKN di desa ini. Ironis ya, padahal awalnya gue ngerasa, “ah, satu bulan, lama banget”, ada juga teman gue yang bilang, “paling dua Minggu gue bisa bertahan di suasana kayak gini”.

Kalau KKN dalam bayangan lo itu malesin, karena nggak ada sinyal kencang, nggak ada mal, ndeso, udah gitu gelap lagi, jalan keluarnya cuma satu kalau menurut gue. Sedesa-desanya tempat itu, jelas kita bakal malas kalau kita nggak ada kemauan buat kenalan dan ngobrol-ngobrol sama masyarakat sekitar. Orang-orang desa itu beda sama orang kota, mereka saling menyapa dan menghargai satu dan lainnya. Legowo istilahnya.

Yang namanya uang, buat mereka, bukan segalanya. Kebahagiaan di desa ini, yang gue lihat, bukan karena uang semata. Di desa, mau nggak mau, kita harus menyesuaikan kehidupan kita dengan warga. Dan seringkali buat orang-orang kota, kehidupan di desa itu lebih "miskin", tapi perlu diketahui juga kalau makna kehidupan yang akan kita dapat dari desa itu.....tidak miskin. Kebahagiaan disini justru ada karena kesederhanaan, atau "kemiskinan".

Monday, November 18, 2013

Rayakan, Meski Hanyalah Kenangan

Ditengah kesibukan KKN, pasti akan selalu ada waktu - disaat matahari terbit -
untuk memblusuk ke sawah-sawah!

Ah, udah lama banget nggak posting di blog “bla bli blu”! Banyak hal seru yang terjadi di akhir tahun ini. Pertama-tama itu KKN, yang telah membuat gue tersadar lebih dalam terhadap makna suatu kehidupan yang sederhana. Pun setelah KKN itu gue sadar, kalau kebahagiaan atau keistimewaan itu nggak harus selalu datang dari kekayaan harta atau bentuk lainnya.

Keduanya, ditengah masa-masa skripsi dan menjadi ketua untuk komunitas program internasional Jurusan gue, gue masih sempat melonggarkan banyak waktu buat nongkrong bareng teman-teman dekat gue (termasuk yang satu ini yang ternyata menjadi “lebih” dekat, yang membuat hati gue berbunga-bunga hehehe).

Terkadang, melanggar aturan dengan tujuan yang baik
dan jelas, bukan suatu pelanggaran :)

Akhir tahun ini cukup menggembirakan. Senyum terasa lebih mudah buat gue ekspresikan ke orang lain.

Ketiga! Yang belum lama ini: 14 November. Tebak apa? Ini adalah hari yang baru aja menuakan gue, dan juga yang baru aja melengserkan gue dari bangku manis era keremajaan gue. Yap, betul, ulang tahun gue. Usia gue sekarang .................... ya masih termasuk dalam lingkaran generasi muda lah hehe.

Meskipun gue bukan orang yang menganggap kalau tanggal kelahiran itu penting, udah jadi etika dan tradisinya disini (juga di Negara-negara lainnya) kalau kita perlu membanggakan hari jadi kita di bumi ini. Nggak ada masalah lah menurut gue, gue pun bisa menerimanya dengan berani. Meskipun hari ulang tahun itu merupakan ingatan saat kita diperkenalkan pada kejahatan, kedamaian, pergaulan bebas, dan kesuksesan, baiknya adalah kita bisa mulai belajar dari semua itu. Kita dapat merasakan senang dan sedihnya ditengah kejadian-kejadian itu.

Tanggal 14 November malam itu, gue dikasih kejutan sama teman-teman dekat gue (bukannya pamer lho ya, hahaha). Sebelumnya, terima kasih banyak atas perayaan simple but meaningful ini. Kalian berhasil membuat gue mati gaya, salting, speechless *alaah*, dan yang ujungnya harus membuat gue menunjukkan tampang cute gue ke kalian semua. Terima kaseeeh! Hahaha. Terima kasih juga buat kue Tiramisunya, pemberian manis itulah yang membuat kue ini lezat disantap. Ngomong-ngomong, sempat abis nggak tuh kue? Dimakan Krisna semua ya? Ahaha!

Unyu banget sih ini hahaha. Terima kasih, sayang :) 

Gue nggak ngerti lagi... apa maksud gaya teman gue yang di tengah itu...

This has been a wonderful start to another new year! Satu hal lainnya yang mesti gue rayakan dalam tulisan ini adalah kemajuan dalam hidup gue. Gue ingin menghaturkan terima kasih, kepada siapapun itu yang telah mendorong gue sejauh ini. Especially, my family and close friends. Seringkali, belakangan ini, gue teringat akan masa lalu. Perubahan yang ada di diri gue dulu dan sekarang. Begitu cepatnya waktu berjalan, alhamdulillah gue masih bisa mencuri beberapa jam setiap harinya untuk memperbaiki diri gue.

Ketika SMA, gue terlalu akrab dengan dunia musik. Nulis lagu, ngejam, dan manggung. Gue lantas melupakan pentingnya sekolah. Tanpa disadari, nilai gue anjlok total hahaha. Tapi meskipun nilai gue hancur, gue nggak ikut-ikutan nyemplung dalam tradisi dan budaya jual-beli bocoran jawaban UAN. Itu yang harus gue banggakan. Kenapa? Karena gue sadar kalau gue harus bangkit segera mungkin buat membentuk sikap yang lebih maju buat masa perkuliahan nanti. Disini, menurut gue, gue cukup berhasil.

Kehidupan sebagai mahasiswa menciptakan suatu perbedaan yang signifikan dari masa SMA. Sampai sekarang ini, gue sukses meraih angka yang tinggi ditengah persaingan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Selebihnya, yang perlu banget gue rayakan, adalah karya sebuah media lepas yang gue bangun bareng teman-teman gue di Jogja. Okelah, banyak kegagalan yang telah kita lalui, serta lika-liku yang kerap membuat kita lelah, tapi ingat kawan, ini sungguh pengalaman dan pelajaran yang sangat istimewa. Suatu pengalaman yang luar biasa, yang terus mengasah otak kita, yang membuat kita paham akan arti perjuangan, kreativitas, dan solidaritas.

Berkat karya ini, gue lolos tes dan wawancara sebuah perusahaan asing yang presitigious, Wego Indonesia! Tanpa motivasi dan bantuan dari teman-teman buat mengembangkan media kita, gue rasa pencapaian ke Wego ini nggak akan datang menjumpai sejarah gue.

Tulisan ini akan selamanya menjadi kenangan. Meski hanyalah kenangan, ini patut gue rayakan. Karena dengan pasti, gue percaya, kalau perjalanan hidup gue masih jauh. Meskipun seterusnya akan seperti itu, 14 November 2013 dan ingatan akan masa lalu gue – jerih payah gue selama ini – adalah pengalaman dan pelajaran yang sangat luar biasa.