Tuesday, April 15, 2014

Kambing yang Memakan Rumput Tanah Kraton

Kalau bertanya soal sebesar apa bentuk rasa cinta masyarakat Jogja terhadap Sultannya, saya jadi ingat masa liburan saya selulus 3 SMA. Satu tas carrier, kaos polos, celana panjang, dan sendal jepit. Destinasi kami menuju Semarang-Surabaya-Jogja dimulai dari Stasiun Kereta Api Pasar Senen.


Semarang cukup menarik jika dilihat dari perjalanan yang bermula dari Kota Lama sampai pada daerah Simpang Lima -- Tugu Muda. Kita dapat menyaksikan suasana tempo doeloe sampai zaman modern.

Yang buat Surabaya menarik, buat saya, adalah Skate & BMX Park yang berada disamping kanal dekat Stasiun Gubeng atau Monumen Kapal Selam. Ini surganya Surabaya!

Destinasi Terakhir

Waktu kami tiba di Stasiun Tugu (Jogja), kami tumpangi becak yang sedang mangkal di depan lampu lalu lintas arah jalan menuju Sarkem (Pasar Kembang). Saya meminta Bapak tukang becaknya untuk mengantar kami ke tempat Mbah (almarhum) saya yang jarak tempuhnya -- kalau naik becak -- sekitar 15 - 20 menit, tergantung otot kaki.

Dalam perjalanan kami, disepanjang jalanan Malioboro saya banyak berbicang dengan Bapaknya tentang sejarah Jogja. Bapak itu bilang kalau dua gedung besar -- Cabang Bank BNI dan Kantor Pos -- di titik nol kilometer dibangun untuk menutup bangunan Kraton pada masa penjajahan. Saya nggak tau kebenarannya gimana, tapi mengingat kejamnya pasukan dan aparat Belanda saat itu, sangat masuk akal.

Saya sempat juga menanyakan Bapaknya tentang kebanggaannya memiliki seorang Raja: Bandoro Raden Mas (BRM) Herdjuno Darpito. Ia terus terang kalau masyarakat Jogja cinta kepada penguasa kotanya. Katanya, sejak dikuasai oleh Hamengkubuwono IX, Jogja tentram dan nyaman.

Sampai sekarang ini, hitungannya hampir 4 tahun di Jogja, saya pernah beberapa kali bertanya lagi ke orang-orang lokal, dari tukang becak sampai mahasiswa asli Jogja. Nggak ada satu pun sifat buruk yang saya dengar dari mereka tentang Sang Pemilik Mahkota sekarang ini. Sebagai mahasiswa HI, tentu saja saya skeptis.

Saya tinggal di daerah Wijilan -- Sentra Gudeg Jogja -- 3 tahun belakangan ini. Setiap kali saya ke kampus, saya mesti melewati Alun-alun Utara, taman luas yang berada persis di depan Kraton. Baru-baru ini saya heran, Alun-alun Utara yang begitu dekat dengan rumah Raja atau simbol terbesar kota Jogja, kenapa nggak dipelihara? Kenapa tamannya gundul? Saya yakin Jogja adalah kota yang berkembang dari aspek pariwisata yang sangat atraktif. Hotel bertebaran dimana-mana adalah salah satu bukti nyatanya semakin banyak turis datang kemari. Dari aspek pariwisata saya melihat bahwa Sultan cerdas dalam memelihara itu, tapi balik lagi, kenapa satu-satunya halaman depan pagar Kraton nggak ditanam kembali rumput-rumputnya? Siang-siang yang ada malah debu-debu tanah yang dihembus oleh bis-bis pariwisata yang sedang mencari ruangan parkir. Ibaratnya kalau saya kerja di media massa, saya sudah mengeluarkan judul berita: Kemana Saja Sultan HB X sekarang ini?

Saya bukan bermaksud menyinggung citra baik kota Jogja, cuma harus skeptis aja dengan rasa cinta yang ada untuk Sultan. Seandainya rumput-rumput itu tumbuh kembali (mungkin juga boleh dipasang lampu-lampu berwarna kuning) Kraton akan tambah cantik. Saya menyinggung permasalahan ini karena saya telah menetap di wilayah Kraton selama hampir 4 tahun, dan tulisan ini adalah bentuk ekspresi dari pengamatan saya.

Semoga tulisan ini nggak cuma sekedar dipahami tapi juga dikembangkan dalam bentuk empati.


Tuesday, March 25, 2014

If Only I Had a Time Machine

(Foto: timemachine.wikia.com)
When I lived in Vienna back in 1999 until the fall season in 2006, I was still little and lack of interest in working for the UN. During weekdays, I would often just stop by Kaisermuhlen from VIS (Kagran) to have lunch with my mother at the VIC. We would talk a lot about how my school went, but hardly a time to talk about my possibilities working for the UN in the future.

It was very rare at the time to even imagine myself working at the UN in the future. It was not part of my plan, I wanted to be rockstar for a change! I was not aware at all in really seeing this moment as my opportunity to possibly be labelled as a professional by the UN.

But time passes, and people naturally become smarter. If I had to recall those days at the VIC, waiting for my mom at a lobby that was decorated by hundreth of flags and different people with neat outfits walking by, I could not easily stop imagining myself as one of those people at the lobby.

(australianmuseum.net.au)
As a boy who once dreamt to become a rockstar, slowly faded away as I lived in Indonesia. The music industry here did not satisfy me at all, it was literally always about love. Like, literally. Reflecting on this moment, I began to rethink that becoming a rockstar would not be the right decision. Hence, I chose a patch that could direct me straight to a social-political environment, which in several years later, put me in the Department of International Relations.


A diplomat, is who they want to become when they have graduated. For freshman students in my department, being part of the Foreign Ministry were their biggest dreams. But I had always thought that the UN was a way bigger dream. A waaay bigger dream.

Thursday, February 20, 2014

Valentine Volcano: Kelud Menelan Rp 400.000 Gue

Ini adalah kali kedua gue menjenguk ibu kota sebagai pelarian gue dari abu vulkanik di Jogja. Yang pertama adalah sewaktu Merapi meletus dan menghembuskan asap ke arah Kraton. Konon, asap -- atau wedhus gembel -- dan abu-abunya itu mengarah ke Kraton karena kerajaan sudah mulai meninggalkan budaya aslinya. Sederhananya, Merapi marah dan kemudian meletuskan dirinya buat, kalau kata beberapa orang di Jogja, mengingatkan Jogja (warning sign). Yang kedua, yang sekarang ini, adalah akibat letusan Gunung Kelud di Jawa Timur.

Dekat jembatan Sayidan. Foto pukul 22.00. (Foto: Edwin Mohammad)

Diberitakan beberapa kali kalau letusan Kelud bulan ini lebih dasyat dibandingkan Merapi empat tahun yang lalu, menyemprotkan hawa panas setinggi 3000 meter dan meniupkan debu-debu dengan radius hingga sepanjang 17 kilometer lebih. Media juga mengumumkan, katanya, bagian pinggir Bandung juga terserang dampak abu Kelud. Hari pertama letusan Kelud terjadi pada hari Jum'at, 14 Februari. Hari Valentine.

Valentine Volcano

Agak mirip sama Eropa yang kerap diromantiskan oleh salju pada hari Valentine, "salju" yang melanda Jogja bedanya bisa membuat sesak nafas dan melukai mata. Gue merasa cukup kecewa hari Valentine tahun ini harus diombak oleh keadaan seperti ini, karena semenjak beberapa hari kemarin, gue telah menyiapkan kado buat pacar gue.

Awalnya gue ragu, secara gue masih muda dan berita udah mengatakan kalau tiga orang tewas akibat debu racun itu. "Lo tetep kasih aja, toh juga ada helm sama masker, lo pake kacamata lagi", kata teman sekos gue yang akhirnya membuat gue berangkat dan ngasih kado Valentine ke pacar gue.

Hari Valentine tahun ini cukup menyenangkan, walaupun gue baru sempat ngasih kadonya jelang tengah malam dan nggak sempat buat makan malam bareng, sing penting kadone wis ku berii :)

Tenang, jerawatnya bisa cepat hilang kok :)

Ada satu hal lagi yang membuat kondisi ini mengecewakan buat gue pribadi. Berbeda dengan apa yang terjadi kala letusan Merapi empat tahun yang lalu, kali ini nasib gue kurang beruntung. Tiga hari sebelum letusan Kelud, nyokap gue udah booking satu tiket pesawat buat gue, from Adisutjipto to Soekarno-Hatta, hari Selasa depan.

Di hari pertama gue lihat debu bertebaran dimana-mana, termasuk mengubah sepatu hitam gue jadi putih, lantai hitam kos gue jadi abu-abu, dan motor metic putih gue jadi semakin putih, langsung terlintas dalam ingatan gue, kalau keadaannya masih kayak gini, kemungkinan besar pesawat gue ditunda. Berita pertama yang gue baca dari Viva news mengabarkan kalau bandara akan dibuka pada Selasa, 18 Februari, pukul 07.00. Buat mastiin apakah benar akan dibuka, gue bergegas ke bandara sehari sebelumnya. Petugas di counter mengatakan kalau berita itu bukan info terbarunya mereka. Yang terbaru adalah, bandara pada hari Selasa masih ditutup dan akan dibuka pada Rabu, 19 Februari.



Terpaksa gue harus reschedule ke hari itu, dengan jam keberangkatan yang sama, take-off pukul 12.10. Reschedule beres. Selasa sorenya, belum diumumkan berita baru lagi kalau Rabu bandara batal dibuka. Tapi, sekali lagi buat mastiin apakah berita itu tepat atau tidak, gue berangkat ke bandara buat mencari jawaban. Kata petugas, belum ada info terbaru mengenai pembatalan operasi bandara pada Rabu. Oke, fine, kalau gitu gue hanya perlu menunggu sampai Rabu.

Malamnya, sekitar jam delapan, nyokap gue nelfon dan bilang kalau Detikcom baru aja memberitakan kalau Rabu jam operasi bandara diundur sampai jam 12.00, sedangkan keberangkatan gue jam 12.10. Yang berarti jarak waktu diantara dua itu cuma 10 menit. Hm, tetep terbang nggak ya? Gue jadi ragu, sumpah, sampai akhirnya gue memutuskan buat memesan tiket kereta api buat jaga-jaga. Saat-saat ini gue mulai bertanya-tanya, apakah keadaannya yang masih terlalu ekstrim buat mengoperasikan seluruh maskapai atau petugas-pembersih di bandara yang terlalu lama kerjanya? Whatever. Gue udah cukup kesal dan akhirnya membeli satu tiket kereta Taksaka Malam buat hari Rabu, pukul 19.45.

Hari Rabunya, gue ke bandara lagi buat meminta jawaban, apakah tetap terbang atau tidak. Dan teman-teman, ternyata tetap terbang, dan gue harus memilih pesawat atau kereta. Nyokap yang karakternya mudah khawatir dimana kekhawatiran itu menular ke gue, gue memutuskan buat naik kereta daripada pesawat buat cari aman. Nyokap juga udah bilang semalamnya, kalau dia khawatir karena, kalaupun jadi terbang, berarti pesawat gue adalah yang pertama beroperasi setelah bandara dibuka. Menurutnya, itu sangat riskan. Guepun jadi terbayang-bayang, kalau misal ada apa-apa, gawat dong. Alhasil, pesawat gue cancel, tanpa adanya refund atau tersimpan dalam deposit. 100% hangus! Kelud mengganggu hari Valentine dan menelan Rp 400.000 gue.

Sunday, February 9, 2014

The World is Your Happy Place

This is the closest picture that I can find, that
can describe you.

Today, the world did not deliver happy stories.

I don't want to spend too much time saying my deep condelences to what happened to you this early morning. People come and go man, the only shit thing is we can only predict time.

Among my close friends, you are the happiest person I know. I don't know how you do it, but it's like... I never see you get mad at something or hate somebody. Though there were times you say shit things about people, beating them up, or make your friends look bad, but goddamnit, the world is like a happy place for you. I mean, to me, life sometimes treats me so bad that I wanna bang my face against the wall until my brain pops out. But to you? Man it's like... what's the point of all that? Til' finally you got me thinking, there is no point at all.

On contrary, if there were problems, you'd probably be drinking them away. Okay, perhaps that's the difference between you and me. I'd probably be thinking too much for a solution, and you'd most probably wouldn't give a horse crap and go crazy instead. And that my friend, probably is the solution that I've long couldn't accept.

That is why, I don't need to tell you to be strong because something happened today, where half of the world for sure would be sad if it happened to them. It's obvious that you'll be strong. You just gotta stay strong, brother. Again, people come and go, and I think it'd be unfair if we were mortal.

So what now, brother? We don't go through our moments separately. We walk along the path together.

Go wild,
Edwin

Sunday, January 12, 2014

2014 Gue Disambut Oleh Kehadiran Dewa Budjana di Jogja!

Lagi-lagi, Jogja yang dikenal sebagai kota berbudaya dan yang masih membekaskan cerita-cerita masa lalu kembali diistimewakan oleh sebuah pameran bernuansa seni dan musikal. Panitia dalam ajang ini mengundang salah satu gitaris handal asal Bali, Dewa Budjana, sebagai ikon dalam pameran yang bertemakan "Dawai-dawai Dewa Budjana" ini. Kalau kamu adalah salah satu diantara ratusan pengunjung pada acara malam ini, tepatnya pada tanggal 9 Januari 2014, keramaian itu ada karena karya-karya seni yang terpampang dalam pameran ini.

Semua orang dalam ruangan gedung Sangkring Art Space ini dikejutkan oleh seni-seni yang terlukis pada gitar-gitar Dewa Budjana. Dimulai dari lukisan gothic, pop, urban, dan lain-lainnya yang terlukis pada gitar akustik, elektrik, dan bass milik gitaris band Gigi ini.

Lewat tulisan ini, gue pengen sekaligus nunjukkin foto-foto yang gue tangkap pada acara itu. Buat kamu para musisi atau penggemar karya-karya Dewa Budjana, silahkan menikmati foto-foto berikut ini:







Selain dari pameran gitar-gitar Dewa Budjana, ditengah acara ini juga dipersembahkan aksi panggung dari Dewa Budjana dan band projectnya. 

Sebenarnya udah dari kemarin gue pengen share tulisan ini, karena kalau gue publish sepulangnya gue dari acara ini, sampai malam ini (terakhir) acara ini masih berlangsung, dan kalian masih berkesempatan buat melihat lukisan-lukisan gitar yang didedikasikan untuk Dewa Budjana :(

Thursday, December 19, 2013

Welcoming Indonesian Digitalpreneurs!

Dampak dari proses penyelesaian skripsi itu ada baik dan buruknya. Tapi nggak semua yang buruk itu, ya, buruk. Kadang hal yang sering dianggap buruk itu malah bisa jadi untung buat lo. Kayak cara berbisnis, kadang apa yang orang anggap rugi bisa ngasih untung yang besar. Tapi itu bukan maksud utama gue disini. Maksud gue adalah, mungkin lo pernah ngalamin ya, ketika ngerjain lagi giatnya ngerjain skripsi tiba-tiba diganggu sama Twitter, Facebook, ataupun Whatsapp dari teman lo. Nah, biasanya itu ganggu banget ya kan? Tapi entar dulu, kalau ternyata Twit itu dari seorang cewek yang lo suka, dan isinya itu ajakan buat makan malam (berdua), malam itu juga, emang lo ngerasa rugi? Siapa yang bakal nolaaak! Kecuali lo taken dan setia. Weiiits, bisa jadi itu pencitraan doang, cowok tuh emang ________!

Nah, kalau versi gue, beda sih sama yang gue contohin haha *kesannya gue nggak laku banget* Baru aja siang ini gue ngerjain skripsi dan diganggu oleh sebuah situs internet yang malah ujung-ujungnya membuat gue ansos main Android. Jadi, meskipun Indonesia sekarang ini dijajah oleh banyak perusahaan IT asal Silicon Valley, kita juga punya banyak produk-produk IT lokal yang mesti kita dukung. Apalagi buat pecinta teknologi, kita harus bisa mengapresiasikan karya-karya kreatif anak muda, para inovator bangsa ini. Ceilaaah!

Tapi beneran nih, gue serius. Sebagai bentuk apresiasi gue, gue mengangkat topik tentang pentingnya peran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dalam mengembangkan teknologi informasi dalam negeri. Termasuk juga, seberapa besar dukungannya terhadap perusahaan-perusahaan – dan produk-produknya – IT lokal. Kita semua tahu, kalau pemerintah itu sulit dipercaya, apalagi kalau udah nyinggung DPR. Meski realita begitu, tapi jangan langsung nge-judge tanpa nyari tau. Dibalik keburukan pemerintah, ada baiknya juga lho. Makanya jangan golput *lho?!*

Maksud gue begini, belakangan ini gue mencari informasi sebanyak-banyaknya buat skripsi gue, termasuk upaya Kemkominfo dalam memajukan IT lokal. Di dalam situs sebuah acara, yang diselenggarakan oleh kementerian ini (langsung aja deh sebutin: “Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA”) gue menemukan banyak karya IT dari para inovator muda yang keren-keren. Salah satunya bernama Isikota, dikit mirip sama Foursquare, cuma bedanya, aplikasi ini locally made coy! Harus bangga. Isikota memberikan kesan yang cukup mengagumkan, karena lewat aplikasi ini kita bisa cari tau tempat makan, nongkrong, SPBU, masjid, terminal bis, dan fasilitas umumnya yang ada disekitar kita (yang dilacak pake GPS). Kerennya lagi, Isikota juga ngumumin ketika tempat-tempat tersebut lagi ngasih diskon. Acara-acara yang diselenggarakan oleh tempat-tempat itu juga diumumin. Keren deh pokoknya! Langsung aja nih lo download, https://play.google.com/store/apps/details?id=com.isikota

Nggak perlu pusing lagi cari tempat makan, SPBU, masjid,
dan lain-lainnya selama ada Isikota. (Sumber: DailySocial.net)

Satunya lagi yang gue demen, namanya On Demand Job Exchange. Gaya banget ya pakai bahasa Inggris segala. Tapi sekarang coba lo singkat, jadinya O-JEX. Hahaha gokil! O-JEX dibuat untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Njir, mustahil banget! Pemerintah aja nggak bisa, masa nih orang bisa? Sabar dulu, menurut gue, idenya kreatif. Lo pada tau kan, maksud gue, yang tinggal di Jakarta lo pada tau kan, kalau kota ini berisik, padat, panas, berpolusi, dan berkorupsi  Solusinya adalah, supaya jalanan nggak padat, kasih tebengan! Dari situlah terlintas ide buat membangun aplikasi ini, aplikasi yang membantu mereka yang membutuhkan tebengan dan mereka yang berbaik hati memberikan tebengan. Sedaap!

Demi ngurangin kemacetan di Jakarta, O-JEX membantu kamu cari tebengan
daripada membawa kendaraan pribadi. (Sumber: Mohammad Edwin)

Keren kan? Masih penasaran sama aplikasi-aplikasi lokal lainnya? Langsung aja kunjungi www.inaicta.web.id. Acara ini diadain setiap tahun sejak 2007. Jadi, tahun ini kesempatan emas buat lo yang tertarik membangun produk IT sendiri. Punya startup sendiri penting lho jaman sekarang, dimana internet berhasil mengubah kehidupan dunia. Be the next Indonesian Digitalpreneurs!

Sunday, December 1, 2013

Separatozzz!

"Gue berasa kaya Toni Blank kalau lagi nulis lagu. Apa aja yang ada di pikiran gue, gue keluarin tanpa berpikir lebih jauh. Separatozzz!"

"Separatoz Toni Blank Show" (Sumber: lvrs.devianart.com)