Thursday, February 20, 2014

Valentine Volcano: Kelud Menelan Rp 400.000 Gue

Ini adalah kali kedua gue menjenguk ibu kota sebagai pelarian gue dari abu vulkanik di Jogja. Yang pertama adalah sewaktu Merapi meletus dan menghembuskan asap ke arah Kraton. Konon, asap -- atau wedhus gembel -- dan abu-abunya itu mengarah ke Kraton karena kerajaan sudah mulai meninggalkan budaya aslinya. Sederhananya, Merapi marah dan kemudian meletuskan dirinya buat, kalau kata beberapa orang di Jogja, mengingatkan Jogja (warning sign). Yang kedua, yang sekarang ini, adalah akibat letusan Gunung Kelud di Jawa Timur.

Dekat jembatan Sayidan. Foto pukul 22.00. (Foto: Edwin Mohammad)

Diberitakan beberapa kali kalau letusan Kelud bulan ini lebih dasyat dibandingkan Merapi empat tahun yang lalu, menyemprotkan hawa panas setinggi 3000 meter dan meniupkan debu-debu dengan radius hingga sepanjang 17 kilometer lebih. Media juga mengumumkan, katanya, bagian pinggir Bandung juga terserang dampak abu Kelud. Hari pertama letusan Kelud terjadi pada hari Jum'at, 14 Februari. Hari Valentine.

Valentine Volcano

Agak mirip sama Eropa yang kerap diromantiskan oleh salju pada hari Valentine, "salju" yang melanda Jogja bedanya bisa membuat sesak nafas dan melukai mata. Gue merasa cukup kecewa hari Valentine tahun ini harus diombak oleh keadaan seperti ini, karena semenjak beberapa hari kemarin, gue telah menyiapkan kado buat pacar gue.

Awalnya gue ragu, secara gue masih muda dan berita udah mengatakan kalau tiga orang tewas akibat debu racun itu. "Lo tetep kasih aja, toh juga ada helm sama masker, lo pake kacamata lagi", kata teman sekos gue yang akhirnya membuat gue berangkat dan ngasih kado Valentine ke pacar gue.

Hari Valentine tahun ini cukup menyenangkan, walaupun gue baru sempat ngasih kadonya jelang tengah malam dan nggak sempat buat makan malam bareng, sing penting kadone wis ku berii :)

Tenang, jerawatnya bisa cepat hilang kok :)

Ada satu hal lagi yang membuat kondisi ini mengecewakan buat gue pribadi. Berbeda dengan apa yang terjadi kala letusan Merapi empat tahun yang lalu, kali ini nasib gue kurang beruntung. Tiga hari sebelum letusan Kelud, nyokap gue udah booking satu tiket pesawat buat gue, from Adisutjipto to Soekarno-Hatta, hari Selasa depan.

Di hari pertama gue lihat debu bertebaran dimana-mana, termasuk mengubah sepatu hitam gue jadi putih, lantai hitam kos gue jadi abu-abu, dan motor metic putih gue jadi semakin putih, langsung terlintas dalam ingatan gue, kalau keadaannya masih kayak gini, kemungkinan besar pesawat gue ditunda. Berita pertama yang gue baca dari Viva news mengabarkan kalau bandara akan dibuka pada Selasa, 18 Februari, pukul 07.00. Buat mastiin apakah benar akan dibuka, gue bergegas ke bandara sehari sebelumnya. Petugas di counter mengatakan kalau berita itu bukan info terbarunya mereka. Yang terbaru adalah, bandara pada hari Selasa masih ditutup dan akan dibuka pada Rabu, 19 Februari.



Terpaksa gue harus reschedule ke hari itu, dengan jam keberangkatan yang sama, take-off pukul 12.10. Reschedule beres. Selasa sorenya, belum diumumkan berita baru lagi kalau Rabu bandara batal dibuka. Tapi, sekali lagi buat mastiin apakah berita itu tepat atau tidak, gue berangkat ke bandara buat mencari jawaban. Kata petugas, belum ada info terbaru mengenai pembatalan operasi bandara pada Rabu. Oke, fine, kalau gitu gue hanya perlu menunggu sampai Rabu.

Malamnya, sekitar jam delapan, nyokap gue nelfon dan bilang kalau Detikcom baru aja memberitakan kalau Rabu jam operasi bandara diundur sampai jam 12.00, sedangkan keberangkatan gue jam 12.10. Yang berarti jarak waktu diantara dua itu cuma 10 menit. Hm, tetep terbang nggak ya? Gue jadi ragu, sumpah, sampai akhirnya gue memutuskan buat memesan tiket kereta api buat jaga-jaga. Saat-saat ini gue mulai bertanya-tanya, apakah keadaannya yang masih terlalu ekstrim buat mengoperasikan seluruh maskapai atau petugas-pembersih di bandara yang terlalu lama kerjanya? Whatever. Gue udah cukup kesal dan akhirnya membeli satu tiket kereta Taksaka Malam buat hari Rabu, pukul 19.45.

Hari Rabunya, gue ke bandara lagi buat meminta jawaban, apakah tetap terbang atau tidak. Dan teman-teman, ternyata tetap terbang, dan gue harus memilih pesawat atau kereta. Nyokap yang karakternya mudah khawatir dimana kekhawatiran itu menular ke gue, gue memutuskan buat naik kereta daripada pesawat buat cari aman. Nyokap juga udah bilang semalamnya, kalau dia khawatir karena, kalaupun jadi terbang, berarti pesawat gue adalah yang pertama beroperasi setelah bandara dibuka. Menurutnya, itu sangat riskan. Guepun jadi terbayang-bayang, kalau misal ada apa-apa, gawat dong. Alhasil, pesawat gue cancel, tanpa adanya refund atau tersimpan dalam deposit. 100% hangus! Kelud mengganggu hari Valentine dan menelan Rp 400.000 gue.

Sunday, February 9, 2014

The World is Your Happy Place

This is the closest picture that I can find, that
can describe you.

Today, the world did not deliver happy stories.

I don't want to spend too much time saying my deep condelences to what happened to you this early morning. People come and go man, the only shit thing is we can only predict time.

Among my close friends, you are the happiest person I know. I don't know how you do it, but it's like... I never see you get mad at something or hate somebody. Though there were times you say shit things about people, beating them up, or make your friends look bad, but goddamnit, the world is like a happy place for you. I mean, to me, life sometimes treats me so bad that I wanna bang my face against the wall until my brain pops out. But to you? Man it's like... what's the point of all that? Til' finally you got me thinking, there is no point at all.

On contrary, if there were problems, you'd probably be drinking them away. Okay, perhaps that's the difference between you and me. I'd probably be thinking too much for a solution, and you'd most probably wouldn't give a horse crap and go crazy instead. And that my friend, probably is the solution that I've long couldn't accept.

That is why, I don't need to tell you to be strong because something happened today, where half of the world for sure would be sad if it happened to them. It's obvious that you'll be strong. You just gotta stay strong, brother. Again, people come and go, and I think it'd be unfair if we were mortal.

So what now, brother? We don't go through our moments separately. We walk along the path together.

Go wild,
Edwin