Friday, November 22, 2013

Bahagia Menjadi Miskin

Batu dari Gunung Merapi di Kaliputih sama Otong karo koncone :)

Setiap tahun buat kelas tiga, SMA gue selalu ngadain wisata ilmiah selama tiga hari dua malam yang namanya “Live In”. Setiap murid, berbarengan dengan beberapa guru terpilih, ditempatin di suatu pelosok daerah dan disuruh untuk mengabdi kepada masyarakat disana. Ketika gue masuk kelas tiga, kami semua berangkat ke sebuah desa (gue lupa namanya) di sekitar Purwokerto. Ini pengalaman kali pertama gue, tinggal di sebuah desa. Buat yang kedua kalinya, kebetulan juga belum lama ini, yaitu 17 hari yang lalu.

Posko KKN yang (katanya) tak berpenghuni selama 10 tahun. Hih!

Beda banget sama Live In! Di masa kuliah ini, gue baru aja selesai KKN. Selama satu bulan gue dibarengin sama mahasiswa-mahasiswa yang belum sempat gue kenal selama tiga tahun lebih kuliah di Jogja ini. *Kesannya gue introvert banget hahaha* Kami semua disarankan oleh kampus buat menginap di Dusun Polengan, Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Endonesaaah! Serta diwajibkan menjalani program yang udah ditetapkan oleh kampus.

Program pokok yang udah dipastiin sama kampus itu bertemakan “Pemberdayaan Ketela”. Jadi, di Polengan ternyata ada suatu kelompok usaha yang bergerak di bidang olahan singkong yang didirikan oleh induk semang disana. Namanya ibu Tiwik. Usaha para ibu-ibu Polengan ini, bisa dibilang, penyumbang dana terbesar buat perkembangan desa ini.

Tempat produksi Sari Puspo (kelompok usaha olahan singkong).

Pada hari pertama, setelah berkenalan dengan aparat-aparat desa dan ngobrol sana-sini sama pemuda-pemuda disana, kami baru tau kalau dampak atau untung dari usaha singkong ini belum mencakup seluas satu Desa Polengan. Sampai detik itu kami akhirnya sadar kalau observasi yang dilakukan oleh kampus sebelum kami tiba di lokasi ini nggak maksimal. Maksud gue, kalau menurut kampus udah maksimal, mereka bakal tau kalau yang dibutuhin Desa Polengan itu bukan cuma hasil finansial dan pangan dari kelompok usaha singkong itu.

Mengecewakan. Kami terpaksa harus membangun program sendiri. Hampir masuk Minggu kedua kami masih saling berdiskusi buat menyiapkan dua program pokok. Berkat kekompakkan kami, kami semua sepakat buat mengembangkan desa ini melalui dua program, yaitu Desa Wisata dan Desa Ramah Anak. Desa Wisata contohnya seperti ngecat lambang dusun yang udah kelopak-kelopek warnanya, ngecat playground anak-anak TK, SD, dan SMP, dan membuat mini outbound. Selanjutnya, Desa Ramah Anak sifatnya penyuluhan. Kami berikan tiga tema, pertama itu berjudul “Pemilih Pemula”, kedua “Kekerasan dalam Rumah Tangga”, ketiga “Reproduksi”.

Salah satu program Desa Wisata: Ngecat lambang dusun Polengan!

Mini Outbound buat cah-cah ndusun Polengan.
(Btw, anak kecil yang pake kaos merah itu nakalnya minta ampun!)

Taman bermain di sebelah Masjid Al-Ikhlas.

Terlepas dari kekecewaan gue terhadap lembaga di kampus yang mengurus KKN, gue senang banget bisa dikasih kesempatan buat melaksanakan KKN di desa ini. Ironis ya, padahal awalnya gue ngerasa, “ah, satu bulan, lama banget”, ada juga teman gue yang bilang, “paling dua Minggu gue bisa bertahan di suasana kayak gini”.

Kalau KKN dalam bayangan lo itu malesin, karena nggak ada sinyal kencang, nggak ada mal, ndeso, udah gitu gelap lagi, jalan keluarnya cuma satu kalau menurut gue. Sedesa-desanya tempat itu, jelas kita bakal malas kalau kita nggak ada kemauan buat kenalan dan ngobrol-ngobrol sama masyarakat sekitar. Orang-orang desa itu beda sama orang kota, mereka saling menyapa dan menghargai satu dan lainnya. Legowo istilahnya.

Yang namanya uang, buat mereka, bukan segalanya. Kebahagiaan di desa ini, yang gue lihat, bukan karena uang semata. Di desa, mau nggak mau, kita harus menyesuaikan kehidupan kita dengan warga. Dan seringkali buat orang-orang kota, kehidupan di desa itu lebih "miskin", tapi perlu diketahui juga kalau makna kehidupan yang akan kita dapat dari desa itu.....tidak miskin. Kebahagiaan disini justru ada karena kesederhanaan, atau "kemiskinan".

2 comments:

  1. nice post mas edwin ...:D.. terimakasih buat semua kontribusi yang sudah dijalani di polengan ... salam hangat dari kami ... http://goo.gl/JVTX2B

    ReplyDelete
  2. Sama-sama! Aku juga udah baca blog kalian. Terima kasih atas keramahan dan kesabarannya dalam menerima kami sebagai tamu-tamu KKN disana.

    Kangen,
    Edwin

    ReplyDelete